Selasa, 06 Juli 2010

Bangga menjadi ibu rumah tangga

“Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah terdahulu dan dirikanah sholat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa kalian, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Q.S Al-Ahzab:33)

Pertumbuhan suatu generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada diabuaian para ibu. Ini berarti seorang ibu memiliki jatah yang besar dalam membentuk pribadi sebuah generasi. Ini adalah tugas besar! Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha Illallah, menancapkan tauhid ke dada-dada mereka, mengajari mereka ahlak-ahlak mulia, mengajari mereka menjadi pemberani tetapi tidak sombong, mengajari bersabar, mengajari bersyukur, mengajari mereka bagaimana menghargai orang lain, mengajari mereka memaafkan, dan masih banyak lagi.

Ibnu Qoyyim selanjutkan menjelaskan barang siapa mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal yang bermanfaat baginya, lalu membiarkannya begitu saja, berarti telah melakukan kesalahan besar. Penyebab kerusakan anak adalah akibat orangtua yang acuh tak acuh terhadap anaknya, tidak mau mengajarkan kewajiban dan sunnah agama. Mereka menyia-nyiakan anak ketika masih kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan ketika anak mereka dewasa, sang anak pun tidak bisa menjadi anak yang bermanfaat bagi orang tuanya.

Setelah kita memahami besarnya peran dan tanggung jawab seorang ibu sebagai pendidik, melihat realita sekarang sepertinya sangat menyedihkan! Tidak semua memang, tapi banyak para ibu yang sibuk bekerja mereka tidak memperhatikan bagaiman pendidikan anak mereka. Tidak memperhatikan aqidah mereka, apakah terkotori dengan syirik atau tidak. Bagaimana ibadah mereka, apakah sholatnya sudah benar atau tidak, atau malah tidak mengerjakannya sama sekali. Bagaimana mungkin pekerjaan menancapkan tauhid di dada anak-anak bisa dibandingkan dengan bekerja di perusahaan bonafid dengan gaji puluhan juta! Sungguh sangat jauh perbedaannya.

Anehnya lagi, banyak ibu-ibu yang sebenarnya tinggal di rumah namun tidak juga memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana kepribadian anak mereka terbentuk. Penulis sempat sebentar tinggal di daerah yang sebagian besar ibu-ibunya tinggal di rumah tapi sangat acuh dengan pendidikan anak-anak mereka. Membesarkan anak seolah hanya sekedar memberinya makan. Sedih!

Padahal anak adalah invetasi dunia dan akhirat. Ketika malaikat maut telah datang, ketika jasad telah dimasukkan kedalam kubur, ketika diri sangat membutuhkan doa padahal pada saat itu diri ini sudah tidak mampu berbuat banyak karena pintu amal telah ditutup. Siapakah yang akan mendoakan kita kalau kita tidak pernah mengajari anak-anak kita?

Lalu…

Masihkah kita mengatakan jabatan ibu rumah tangga dengan kata cuma? dengan mata tertunduk dan dengan suara yang lirih karena malu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar