Selasa, 06 Juli 2010

Kebiasaan membaca pada anak

Sebagai orang tua saat ini banyak sekali iklan dan informasi dari teman, tetangga, kolega, saudara tentang hebatnya anak, terutama balita yang sudah bisa membaca sendiri. Ada suatu kebanggaan bagi orang tua, ketika orang-orang sekitar memuji anak balita yang sudah pandai membaca, semakin muda umur anak semakin bangga orang tua. Orang tua pun merasa bersalah jika di usia TK anak belum bisa membaca dan segala upaya pun dilakukan agar anak bisa membaca. Mulai dari kursus membaca untuk balita, mengajari anak balita membaca di rumah, mencari play group dengan kurikulum yang mengenalkan huruf dan membaca kata-kata sederhana, atau Taman kanak-kanak yang mengajarkan membaca dalam kurikulumnya. Seberapa penting orang tua mengajarkan membaca pada anak usia balita? Apakah semakin belia usia anak ketika bisa membaca menjadi jaminan kesuksesaannya di masa depan?

Kesuksesan anak di masa depan tidak terletak dari kemampuannya membaca di usia dini namun dari kesukaannya akan membaca. Anak yang ‘dipaksa’ untuk bisa membaca di usia belia bisa merasa bosan dengan membaca, yang berakibat munculnya rasa malas membaca. Selain itu anak yang masih belia belum mengerti mengapa ia harus belajar membaca, ketika ia sudah bisa membaca ia pikir sudah memenuhi permintaan orang tua dan belum tentu ada keinginan dari dalam dirinya untuk membaca. Bagaimana mungkin anak akan berhasil di sekolah jika ia malas/tidak mau membaca? Anak yang malas/tidak mau membaca tentunya akan sulit untuk memahami pelajaran di sekolah dasar dan tingkat lanjut sehingga kesuksesannya di masa depan akan terhambat. Tentunya bukan ini yang diinginkan oleh orang tua untuk kesuksesan anaknya di masa depan. Lalu, apakah yang seharusnya dilakukan oleh orang tua sejak anak usia dini? Membangun kesukaan anak akan membaca. Dengan membangun rasa suka membaca sejak usia dini, anak akan mendapati bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan dan terbangun kebiasaan membaca hingga usia dewasa.

Kesukaan akan membaca bisa mendorong dan merangsang anak untuk membangun perbendaharaan kosakata anak dengan efektif. Anak-anak dengan perbendaharaan kosakata yang kaya akan lebih mudah memahami pelajaran di sekolah. Bagaimana membangun rasa suka akan membaca? Banyak hal yang bisa dilakukan, mulai dari membacakan cerita dengan suara keras (read aloud) dan ekspresif, meletakkan bahan bacaan (buku, majalah, komik, poster) di seluruh penjuru rumah di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh anak, mengajak anak ke perpustakaan, mengajak anak ke toko buku. Dengan ini anak akan terbiasa dengan bahan bacaan, dan lagi dengan kebiasaan membacakan cerita secara menarik anak akan memperoleh gambaran kegiatan membaca adalah hal yang sangat menyenangkan. Nilai tambahnya adalah terbangunnya kedekatan emosional antara anak dan orang tua, dimana ketika orang tua membaca untuk anaknya terjadi kontak fisik dan psikologis.

Lalu, kapankah anak sebaiknya diajarkan membaca? Anak yang sudah terbiasa dengan kegiatan membaca dan menyukai kegiatan ini dengan sendirinya akan tertarik untuk bisa membaca dan tidak jarang mereka bisa melakukannya secara otodidak. Namun, berdasarkan penelitian di Finlandia usia yang optimal untuk mengajarkan anak membaca adalah usia sekolah dasar*. Hal ini terkait dengan kesiapan anak menerima pembelajaran. Akan tetapi, yang terpenting adalah keinginan dan kesiapan anak untuk belajar membaca sangat tergantung dari kondisi lingkungannya. Semakin kondusif lingkungannya semakin mudah anak untuk diajari membaca pada waktunya.
* “Read Aloud Handbook” oleh Jim Trelease, Penerbit Hikmah, January 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar